Saudi Arabia, Alhamdulillah tanpa terasa Rumah Tahfizh Ibnu Nazar yang berdiri 15 november 2020 di canduang-bukittinggi dengan segala dinamikanya telah menginjak usia empat tahun. Ditengah maraknya tahfizh di setiap nagari di sumatera barat yang sudah menjadi program unggulan banyak sekolah dasar sampai menengah termasuk program tambahan pada taman pendidikan alqur’an / madrasah diniyah awaliyah di masjid atau surau yang sebelumnya fokus pada pembelajaran baca tulis qur’an, rumah tahfizh ibnu nazar masih tetap konsisten dengan kegiatannya setiap dua kali seminggu jauh dari hingar bingar seremonial wisuda tahfizh dan lainnya yang sudah menjadi kebijakan pendiri untuk konsisten dengan substansi tahfizh saja.
Pendirian tahfizh ibnu nazar didasari tekad pendiri erianto nazar bersaudara meneruskan pesan almarhum kedua orang tua untuk mewujudkan anak anak sekitar canduang sebagai penghafal qur’an yang akan dirasakan manfaatnya sampai oleh semua yang terlibat sampai akhirat sebagaimana sabda Rasulullah saw dalam sebuah hadits riwayat Abu Hurairah “ketika seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yakni sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang berdoa untuk kedua orang tuanya”. Hadis tersebutlah yang menjadi semangat pendiri memanfaatkan waktu hidup ini dengan sebaik mungkin untuk beribadah kepada Allah swt dengan mempersiapkan amalan yang pahalanya akan terus mengalir termasuk untuk kedua orang tua yang sudah tiada.
Salah satu permasalahan klasik dalam pengelolaan kegiatan keagaan termasuk tahfizh adalah pendanaan terutama yang mengadakan tahfizh gratis seperti yang diterapkan tahfizh ibnu nazar sampai sekarang termasuk tahfizh yang hanya berharap swadaya masyarakat dan bukan sebagai lembaga tahfizh yang tidak sedikit cenderung sebagai lahan bisnis dengan biaya besar. Pendiri sangat meyakini semua riski dari allah sebagaimana dalam alqur’an surat al angkabut ayat 69 “dan orang orang yang bersungguh sungguh dalam mencari keridhoan kami pasti kami tunjukkan jalan kami, sesungguhnya allah bersama orang orang yang berbuat baik” sehingga alhamdulillah semua tidak ada yang kurang malah dilipatgandakan allah sesuai janjinya dalam alquran surat Saba ayat 39 “dan apa saja yang telah kamu infakkan maka allah akan menggantinya berlipat dan dialah pemberi rezki yang sebaik baiknya”.
Permasalahan utama tahfizh sebenarnya adalah menjaga keistiqamahan para penghafal untuk tetap berdiri di jalan yang sudah dipilih dengan berbagai ujian, kondisi berbeda mengiringi kemajuan jaman, perkembangan tekhnologi, gedjet, medsos yang setiap waktu di tangan mereka dan lainnya. Anak anak harus melawan rasa capek, lelah, jenuh karena disamping menghafal qur’an mereka harus tetap tekun untuk mengikuti pelajaran sekolah lainnya termasuk harus bekerja membantu orang tua. Bertahan untuk menjadi hafizh berbilang tahun yang perkembangannya mungkin tidak banyak karena lebih berat menjaga hafalan yang ada daripada melalanjutkan hafalan, hasilnyapun juga tidak akan begitu bernilai dari segi duniawi apalagi dorongan orang tua sekedarnya saja tentu merupakan pekerjaan sangat berat dan membosankan yang hanya bisa dilakukan anak anak dan orang tua pilihan yang dibukakan allah swt pintu hati dan pikiran dengan keikhlasan, kesabaran dan keistiqamahan menajdi keluarga penghafal qur’an.
Disamping itu menghafal qur’an bukanlah hal sederhana seperti menghafal rumus matematika atau definisi ilmu sosial namun merupakan kalimat suci dari yang maha kuasa yang akan hilang karena banyaknya dosa dan maksiat. Untuk membuktikan sulitnya menghafal qur’an silahkan dipraktekkan dan rasakan sendiri beberapa ayat pendek dimana akan terasa berat bila kita masih sering melakukan hal yang dilarang agama bahkan tidak menjaga shalat misalnya, begitu juga hafalan akan hilang bila tidak selalu diulang. Atas pertimbangan itu jugalah kegiatan tahfizh tidak bisa hanya dianggap bila sudah diwisuda hafal 1 juz atau 2 juz misalnya maka akan bertahan selamanya namun mereka harus terus istiqamah menghafal yang membutuhkan support moril dari orang orang terdekat mereka dan tidak hanya bisa lepas tangan “yang penting mereka sudah pergi tahfizh”. Karena itu penulis termasuk yang berpandangan kegiatan wisuda tahfizh dengan meriah justru berdampak kurang baik dari sisi anak yang menganggap dirinya sudah selesai sehingga malas melanjutkan sementara biaya yang dikeluarkan tentu akan menjadi beban untuk orang tua anak yang juga harus memikirkan biaya sekolah lainnya.
Tanpa disadari kegiatan menghafal qur’an selain merupakan ibadah mulia juga merupakan sarana terbaik untuk menjaga anak dari melakukan hal hal yang bertentangan dengan nilai agama. Tanpa disadari kebiasaan menghafal qur’an memudahkan mereka dalam menghafal pelajaran sekolah karena seperti yang disampaikan banyak pakar bahwa otak itu ibarat gunung es dalam laut semakin digali semakin besar potensi yang ada salah satunya dengan melatih hafalan. Karena itu bersyukurlah para orang tua yang memiliki anak penghafal qur’an.
Penghafal Qur’an adalah amalan mulia sehingga jangan meniatkan dalam hafalannya manfaat dunia yang dihasilkan karena hafalannya bukan barang dagangan yang dijadikan bisnis di dunia. Bahkan ia adalah ibadah yang dipersembahkan di sisi Tuhannya Tabaroka wa ta’ala. Merujuk pada salah satu sumber https://islamqa.info/id/answers/14035/keutamaan-penghafal-al-quran-di-dunia-dan-akhirat menyebutkan Allah telah memberikan kekhususan kepada penghafal Qur’an dengan beberapa kekhususan di dunia dan di akhirat, diantaranya: Pertama, bahwa dia didahulukan daripada yang lainnya dalam shalat sebagai imam sebagaimana hadis rasulullah riwayat abu mas’ud al ansori, “Yang mengimami suatu kaum adalah yang paling banyak hafalan Kitab Allah. Dan jangan seseorang menjadi Imam atas saudaranya dalam kekuasaannya. Dan jangan duduk di tempat duduk khusus di rumahnya kecuali atas seizinnya. HR. Muslim, 673. Kedua, didahulukan dalam kepemimpinan kalau dia mampu mengembannya. Dari Amir bin Wailah sesungguhnya Nafi’ bin Abdul Harits bertemu dengan Umar di Asfan. Dimana dahulu Umar telah mengangkatnya di Mekkah. Maka beliau mengatakan, “Siapa yang anda angkat untuk penduduk wadi (Mekkah)? Maka dia menjawab, “Ibnu Abza? (Umar) bertanya, “Siapa Ibnu Abza? Dijawab, “Diantara budak-budak kami. Berkata, “Apakah anda angkat untuk mereka seorang budak? Dijawab, “Beliau pembaca (penghafal) Kitab Allah Azza Wajalla dan beliau pandai dalam bidang ilmu Faroid (ilmu warisan). HR. Muslim, 817. Ketiga, Alqur’an akan memberikan syafaat kepadanya di sisi Tuhannya. Sebagaimana hadis rasulullah dari Abu Umamah Al-Bahili berkata “Bacalah Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat menjadi syafaat kepada pemiliknya
Meski demikian para penghafal qur’an bukan berarti lulus dari ujian karena selain menghafal perlu juga menghayati apa yang dihafal dan mengamalkan nilainya dalam kehidupan sehari hari. Tidak sedikit kita melihat orang hafal qur’an termasuk yang terjun ke dunia politik, tindakan, ucapan, sikap mereka jauh dari nilai nilai qur’an sehingga perlu bagi pengelola tahfizh mengingatkan anak anak tahfizh mejaga ucapan, sikap dan perkataan mereka sesuai dengan nilai qur’an termasuk tauladan dari pengurus dan seluruh ustaz-ustazah tahfizh karena akan lebih besar calaan orang yang paham tapi tidak mengamalkan ajaran qur’an termasuk balasan dari yang kuasa “amat besar kebencian disisi allah orang yang mengatakan apa yang tidak dia lakukan”. Semoga semua pihak yang terus istiqamah bersama jalan penghafal qur’an dimanapun selalu diberi kemudahan, kelapangan, ketenangan dan kebahagiaan dunia akhirat. amiin . Wallahua’lam bisshawab.
Sumber : Dr. Erianto Nazar, S.H.,M.H.
.